Jumat, 13 Agustus 2010

Indahnya Hari Raya

Bukit tinggi, 1994 ....
Enggak ada yang spesial di bulan puasa ini, tetap seperti yang dulu. Tak ada makanan spesial yang aku makan ketika buka, hanya nasi yang ditemani kerupuk bahkan kemarin aku hanya makan dengan kerupuk saja. Tak ada uang yang cukup untuk aku dan keluargaku makan seperti orang lain yang ditemani ikan, ayam. Walaupun begitu aku tetap bersyukur atas semuanya, bagiku aku bisa memasuki bulan Ramadhan saja bagiku sudah lebih dari cukup. Saat puasa menginjak hari yang ke 7 aku mendapat cobaan yang begitu sulit aku lalui. Dokter telah memfonis aku menderita Kanker Darah atau yang sering disebut Leukimia, dan dokter telah memfonis aku hanya dapat bertahan 23 hari lagi. Menangis, hanya itulah yang aku lakukan ketika mendengar fonis dokter. Orang tuaku yang tak memiliki uang yang cukup untuk menyembuhkan penyakitku ini menambah sakitnya penderitaanku ini.
Malam demi malam aku lalui dan mencoba untuk ikhlas menjalani semua yang aku hadapi ini. Aku yakin hanya Allah lah yang dapat membantu aku dalam semua masalah yang ada didunia ini. Setiap malam sebelum aku sahur aku selalu shalat untuk meminta kesembuhan serta ketabahan. Tak ada rasa sedih ketika aku telah ikhlas menjalani semua ini. Semua temanku tak ada yang mengetahui apa penyakit yang aku derita. Aku hanya diam ketika ada orang bertanya kepadaku. Aku tak ingin semua orang menjadi sedih ketika mendengar penyakitku ini.
Semakin lama aku merasaka begitu lemasnya badanku, seperti tak ada kekuatan untuk melakukan semua aktifitas hidupku. Aku merasa beberapa hari lagi aku akan di panggil Yang Maha Kuasa. Meskipun aku telah merasa seperti itu aku tetap tidak lupa akan beribadah kepada Allah.
Hari terakhir puasa telah tiba dan hari ini aku merasa sangat sedih esok aku harus meninggalkan semua orang aku sayangi, karena menurut dokter yang memeriksa ku besoklah waktunya aku meninggalkan kehidupanku di dunia ini. Aku berjanji aku tak akan melupakan semua orang yang telah berjasa dalam kehidupanku. Aku akan membalasnya dalam kehidupan kelak. Cek...cek...cek.... bunyi jam pun terdengar sampai telingaku seakan mengingatkanku akan kematian. Orang tuaku pun tak bisa menahan rasa sedihnya hingga mereka menetaskan air mata ketika ia melihatku terdiam dikamar. Tak lama kemudian akupun tertidur setelah berjam-jam aku termenung. Tak terasa haripun berganti aku sadar bahwa hari ini hari yang aku nanti-nanti selama ini yaitu Hari Raya Idul Fitri, mungkin aku tak dapat merayakan ini tahun depan. Suara ketukan pintu kamarku mulai kudengar, aku mengira seorang malaikat menjemputku untuk menghadap Allah SWT. Ketika kubuka pintu itu sesosok ibu yang aku sayangi lah yang mengetuk pintu itu. Kulihat mata ibu yang bengkak karena setelah menangis masih belum dapat hilang. Ibuku menyuruhku untuk segera mandi untuk berangkat menuju Masjid untuk melaksanakan Shalat Id yang terakhir kalinya. Ketika aku berjalan menuju kamar mandi, aku merasa sangat berat sekali untuk meninggalkan kehidupanku ini.
Setelah aku selesai mandi, aku bergegas memilih bajuku yang terbaik walaupun bisa dibilang hampir semua bajuku tak layak dipakai untuk menghadap Allah SWT. Ketika aku dalam perjalanan menuju Masjid aku merasakan kepala yang sangat pusing, tapi aku mencoba untuk kuat sampai di Masjid. Sesampainya di Masjid aku bergegas untuk mencari tempat, karena telah banyak orang yang datang di Masjid. Sambil menunggu shalat dimulai semua orangpun selalu bertakbir untuk menandakan bahwa mereka bahagia mereka menyambut hari yang indah ini. Namun berbeda dengan aku, aku sedikit sedih karena terakhir kalinya aku mendengar suara takbir yang dikumandangkan oleh semua orang. Tak lama kemudian shalat Id dimulai, aku ingin melakukan shalat ini sangat khusyuk sekali. Ketika selesai shalat aku mendengarkan khotbah yang sangat membuatku semakin menangis, karena isi khotbah tersebut menceritakan bahwa Indahnya Idul Fitri. Ketika semua orang mulai bergegas menuju kerumah, aku tetap di Masjid untuk memanjatkan doaku yang terakhir kalinya karena aku sudah merasakan pusing yang sangat tak tertahankan sekali. Aku memanjatkan doa agar aku dapat menikmati kehidupanku kembali hingga aku meneteskan air mata. Setelah aku memanjatkan doa aku berusaha untuk berdiri ternyata aku sudah tak kuat untuk menopang tubuhku ini sehingga aku pingsan dan ayahku segera membawaku ke Rumah Sakit. Orang tua, serta semua saudaraku turut bersedih ketika aku dibawa ke Rumah Sakit. Tapi aku tak mau menyerah dengan semua keadaanku ini, aku tetap ingin kesembuhan.
Ketika aku telah tiba dalam Rumah Sakit, diriku yang sangat tak berdaya ini bergegas dibawa oleh orang tua menuju ruang UGD. Namun, keadaanku yang semakin kritis dan semakin tak berdaya, membawaku ke ruang ICU. Beberapa kemudian aku seperti seorang yang telah dipanggil oleh yang Maha Kuasa. Aku merasa bahwa jiwa ku pergi untuk meninggalkan tubuhku dan keluargaku yang menangis tak berhenti, menghantarkan jiwaku pergi untuk selamanya. Dirikupun melihat 2 sosok laki-laki yang memakai baju yang sangat bersih seperti seseorang yang memakai pakaian Ihram bahkan wajah kedua sosok tersebutpun sama. Aku mengira bahwa dialah malaikat. Aku pasrah jika aku harus meninggalkan duniaku. Namun, Allah berkehendak lain. Allah mengembalikan jiwaku kedalam ragaku kembali. Dalam perjalanan jiwaku menuju ragaku, 2 sosok laki-laki tadi bertanya kepadaku siapa Tuhanku, siapa Pemimpinmu, siapa kedua orang tuamu dan siapa saudara-saudaramu. Setelah itu aku dibawa ke sebuah ruangan yang berisikan kursi yang sangat empuk dan cantik. Disebelah kananku ada seorang cantik, dia adalah amalku. Dan amalku berkata bahwa aku adalah yang menemanimu saat aku diakhirat kelak sampai Ya’umul akhir. Setelah itu aku dibawa hijrah untuk melihat semua dosa-dosa besar dalam dunia. Setelah aku melihat semua dosa-dosa yang dilakukan oleh semua makhluk Allah akupun sadar bahwa aku harus membuat semua orang menjadi berubah dan aku tak mau tersiksa seperti mereka.
Setelah itu aku dibawa keruangan yang sangat bercahaya, sampai-sampai aku tak dapat melihat semuanya. Ternyata aku dikembalikan dalam ragaku. Aku sadar, dan aku tak merasa bahwa diriku pernah Mati. Dan dokterpun mulai mendatangiku. Akhirnya dokter datang kembali untuk memberi tahu aku dan keluargaku apa yang terjadi dengan aku. Sebelum dokter itu mengatakan kata-kata orang tuaku sangat sedih, namun ternyata Allah bekehendak lain, Allah masih membutuhkan aku dalam kehidupan dunia ini. Allah memberikanku kesembuhan, Allah memberikanku kesempatan kembali. Aku sangat bahagia sekali ketika aku mendengar itu. Aku sangat percaya bahwa Idul Fitri itu sangat indah dalam kehidupanku dan orang lain.